Namanya angin, seorang bocah laki-laki yang sedang bermain di bawah matahari sore di halaman rumahnya. Dari dalam rumahnya sang ibu berteriak memanggil putra kesayangannya itu, namun ia tak menghiraukan. Kali ini ia sedang berputar-putar sambil berusaha menerbangkan layangannya. Meskipun ia belum dapat membuatnya mengudara, ia tampak menikmati usahanya itu. Karena tak ada jawaban, sang ibu keluar rumah dan menyaksikan pemandangan yang menyejukkan. Bagaimana tidak, anak laki-laki kesayangannya sedang bermain kejar-kejaran dengan layangannya sendiri, itu membuatnya senyum-senyum sambil geleng-geleng kepala.
Saking antusiasnya berputar, bocah tersebut terjatuh, yang membuatnya sedikit meringis kesakitan
“arghhh”, ucap sang bocah menahan sakitnya. Sang ibu tampak khawatir, namun menekan perasaannya itu demi melihat apa yang akan putranya lakukan “mungkinkah ia akan menangis”, pikir sang ibu.
Namun bocah yang bernama angin itu hanya meniup-niup lukanya, kemudian ia tak sengaja melihat ibunya berada di depan rumah sedang memperhatikannya. Dengan tatapan yang tidak bocah itu mengerti.
Sang bocah pun merasa perlu mencari perhatian ibunya, maka ia berlari menghambur memeluk ibunya begitu saja tanpa menghiraukan kakinya yang sedikit luka.
Sang ibu pun tampak khawatir, namun kemudian menatap manik mata hitam milik putranya, sambil berucap
“anak ibu kenapa?”, tanyanya pura-pura tidak tahu. Bocah itu pun hanya membalas dengan wajah menekuk sambil mengarahkan matanya pada lutut yang terluka.
“ahhh, kau habis bertualang rupanya, ayo ibu obati”, ajak sang ibu. Sedang sang anak mengangguk tanpa mengerti apa yang di ucapkan ibunya.
Mereka pun masuk ke dalam rumah mengambil peralatan P3K. kemudian sang ibu mendudukan anaknya dipangkuannya sambil tangannya mengobati. Tak lama ia sedikit berbicara pada putrannya itu.
“nak, kau tahu mengapa namamu angin?”, Tanya sang ibu sebagai kata pembuka. “karena aku suka angin bu”, jawabnya polos. Sang ibu pun hanya tersenyum mendapati jawaban tersebut. Lalu kembali membersihkan luka sambil berkata “hemmm, bukan jawaban yang buruk. Tapi sebenarnya ada alasan mengapa ayah dan ibu memberikanmu nama Angin Putra Herlangga”. Sang anak mendongak menatap manik mata coklat milik ibunya “memangnya, apa alasannya bu?”, tanyanya sambil mengerutkan dahi
“kau tahu, angin adalah makhluk yang selalu bergerak. Entah siang, malam kehadirannya selalu memberikan kita merasakan menghirup udara”, jawab sang ibu, kini telah selesai membereskan luka pada lutut putranya itu.
“ya, karena itulah aku suka angin bu, ia selalu mampu membuat sekitarku bergerak, bermain-main dengannya sangat mengasyikan bu”, timpal sang anak sambil cengar-cengir membayangkan ia sedang berputar-putar dengan angin yang memainkan anak rambutnya.
“kau sungguh membuat ibu gemas”, sang ibu mencubit pipi gembul bocah laki lakinya. “nak, ayah dan ibu memberimu nama angin, karena kami ingin engkau tumbuh seperti angin. Yang menjadi motor atau penggerak bagi sekitar yang tak pernah lelah untuk berhenti seperti angin yang tak pernah berhenti berhembus”.
...
20 tahun kemudian,
Seorang pria bertubuh tegap, dengan kemeja yang digulung sampe siku, kini sedang menatap gemerlap bintang di bawah roof top salah satu gedung pencakar langit. Pandangannya lurus ke depan sambil bergumam “aku akan menjadi angin bu, sungguh kini aku mengerti apa maksud ibu dulu. Ya menjadi penggerak bukan yang digerakkan seperti robot”, ucapnya sambil menyunggikan sedikit bibirnya.
#30DWC7 # Squad6 #day26
Saking antusiasnya berputar, bocah tersebut terjatuh, yang membuatnya sedikit meringis kesakitan
“arghhh”, ucap sang bocah menahan sakitnya. Sang ibu tampak khawatir, namun menekan perasaannya itu demi melihat apa yang akan putranya lakukan “mungkinkah ia akan menangis”, pikir sang ibu.
Namun bocah yang bernama angin itu hanya meniup-niup lukanya, kemudian ia tak sengaja melihat ibunya berada di depan rumah sedang memperhatikannya. Dengan tatapan yang tidak bocah itu mengerti.
Sang bocah pun merasa perlu mencari perhatian ibunya, maka ia berlari menghambur memeluk ibunya begitu saja tanpa menghiraukan kakinya yang sedikit luka.
Sang ibu pun tampak khawatir, namun kemudian menatap manik mata hitam milik putranya, sambil berucap
“anak ibu kenapa?”, tanyanya pura-pura tidak tahu. Bocah itu pun hanya membalas dengan wajah menekuk sambil mengarahkan matanya pada lutut yang terluka.
“ahhh, kau habis bertualang rupanya, ayo ibu obati”, ajak sang ibu. Sedang sang anak mengangguk tanpa mengerti apa yang di ucapkan ibunya.
Mereka pun masuk ke dalam rumah mengambil peralatan P3K. kemudian sang ibu mendudukan anaknya dipangkuannya sambil tangannya mengobati. Tak lama ia sedikit berbicara pada putrannya itu.
“nak, kau tahu mengapa namamu angin?”, Tanya sang ibu sebagai kata pembuka. “karena aku suka angin bu”, jawabnya polos. Sang ibu pun hanya tersenyum mendapati jawaban tersebut. Lalu kembali membersihkan luka sambil berkata “hemmm, bukan jawaban yang buruk. Tapi sebenarnya ada alasan mengapa ayah dan ibu memberikanmu nama Angin Putra Herlangga”. Sang anak mendongak menatap manik mata coklat milik ibunya “memangnya, apa alasannya bu?”, tanyanya sambil mengerutkan dahi
“kau tahu, angin adalah makhluk yang selalu bergerak. Entah siang, malam kehadirannya selalu memberikan kita merasakan menghirup udara”, jawab sang ibu, kini telah selesai membereskan luka pada lutut putranya itu.
“ya, karena itulah aku suka angin bu, ia selalu mampu membuat sekitarku bergerak, bermain-main dengannya sangat mengasyikan bu”, timpal sang anak sambil cengar-cengir membayangkan ia sedang berputar-putar dengan angin yang memainkan anak rambutnya.
“kau sungguh membuat ibu gemas”, sang ibu mencubit pipi gembul bocah laki lakinya. “nak, ayah dan ibu memberimu nama angin, karena kami ingin engkau tumbuh seperti angin. Yang menjadi motor atau penggerak bagi sekitar yang tak pernah lelah untuk berhenti seperti angin yang tak pernah berhenti berhembus”.
...
20 tahun kemudian,
Seorang pria bertubuh tegap, dengan kemeja yang digulung sampe siku, kini sedang menatap gemerlap bintang di bawah roof top salah satu gedung pencakar langit. Pandangannya lurus ke depan sambil bergumam “aku akan menjadi angin bu, sungguh kini aku mengerti apa maksud ibu dulu. Ya menjadi penggerak bukan yang digerakkan seperti robot”, ucapnya sambil menyunggikan sedikit bibirnya.
#30DWC7 # Squad6 #day26
Komentar
Posting Komentar